Minggu, 13 Oktober 2013

masih corat-coret

Tolong, Putuskan Aku!


Oleh : Rya Rizki





Ini bukan kali pertama aku menunggu lama di tepi jalan seperti ini. Hampir setengah jam berdiri di sini demi menunggu seseorang yang tak juga menampakkan batang hidungnya.

"Aduh, Kemana sih kamu Fauzaan?" Aku mendengus dalam hati.

Kemudian aku mengambil handphone dari tas dan mulai menekan keypad hp untuk menghubungi Fauzan.

Tuuut... Tuuut... Tuuuut....

"Ya, Assalamu'alaikuum. Ada apa, tuan putri?" Fauzan menyapa ceria sekali

"Wa'alaikumussalaam. Kamu, dimana? Aku nunggu lama banget ini." jawabku masih sabar. Tak menampakkan kekesalan padanya.
"......" tak ada jawaban.

"Halo, Fauzan. Kamu denger aku ga sih?" aku mulai kesal.

"Ah, iya iyaa. 5 menit lagi aku sampe ya sayaaang. Hehehe." Fauzan panik

Kebiasaan lagi, ia pasti lupa ada janji denganku.

Fauzan adalah pacarku. Sudah 3 tahun kami menjalin hubungan. Keluarga kami pun sudah saling mengenal. Lelaki cuek itu telah berhasil meluluhkan hatiku sejak kami SMA dulu. 2 tahun pertama berpacaran, kami diharuskan menjalin hubungan jarak jauh. Karena sejak lulus SMA, Fauzan mendapat tugas negara di Aceh. Ya, ia adalah seorang Polisi. Namun 6 bulan terakhir ini, Fauzan dipindah tugaskan kembali ke Bandung. Kota kita tercinta.

*

"Alya, aku suka kamu. Kamu mau jadi pacarku?" tanya Fauzan kecil
aku tersipu malu. "iya, aku mau." jawabku saat itu juga tanpa meminta Fauzan menunggu.

Aku menyukainya bahkan jauh sebelum Fauzan menyatakan rasa sukanya padaku.

Fauzan cinta basket. Ia dikenal karena prestasinya dalam olahraga basket. Hampir semua orang di sekolah sangat mengetahui bagaimana dingin nya seorang Fauzan, terlebih kepada wanita.

Saat semakin banyak orang yang mengetahui Fauzan berpacaran denganku, saat itu semakin banyak pula orang yang terheran-heran mengapa bisa seorang Fauzan menyukai wanita yang bahkan dikatakan populer di sekolahpun tidak.

Aku tersenyum mengingatnya..

*

"Alya Izzatunnisa, maaf ya aku terlambat. Sangat terlambat malah." seru seseorang mengagetkanku. Aku tak menyadari sejak kapan ia sudah datang.

"lupa lagi ya? Coba jelasin alasannya apa?" aku belagak marah

"tadi malem ada pertandingan bola. Selepas subuh, aku tidur lagi. Eh, kesiangan. Maaf yaa." Fauzan mencubit pipiku

Aku tersenyum.
Fauzan kemudian menyalakan motor nya dan mengisyaratkan agar aku segera naik.

Kita memang tak pernah berlama-lama marahan. Intensitas berjumpa hanya hari Sabtu dan Minggu. Dia kerja, aku pun demikian. Sehingga kita sama-sama berpikir sayang sekali jika waktu yang sebentar untuk temu kangen digunakan untuk bermarah-marahan.

Hari Ini, rencananya aku akan mengajaknya mengaji di daerah Daarut Tauhid, Bandung. Kajian dimulai Minggu pukul 13.00. Tapi kita janjian sejak jam 9 pagi untuk keliling-keliling kota Bandung.

Fauzan memang agak sedikit aneh dengan perubahan yang terjadi dengan diriku saat ini. Aku jadi sering mengajak dia mengikuti kajian. Penampilanku pun sempat ia komentari. Dulu, aku teramat modis. Jilbab pun mengikuti trend, ikat sana ikat sini.

"Al, aku perhatiin selain sering pake rok, jilbab kamu sekarang lebih sederhana yah." Fauzan berkomentar
"kenapa? Kamu gak suka yaa?" tanyaku menyelidik
"Suka, malah. Karena wanita itu cantik pada kesederhanaannya. Cuma aku agak heran aja sih. Dulu waktu aku suruh kamu pake jilbab sederhana, protesnya bukan main." Fauzan mencoba mengingat
"itu kan duluuu..." seru ku sambil menyodorkan sirop pesanannya.
Fauzan meraih siropnya sembari tersenyum senang.

**
2 Bulan Kemudian...

Sekarang, jadwal berpacaran kami selalu diisi dengan mengikuti kajian. Aku di tempat khusus akhwat. Sedangkan, Fauzan di tempat khusus ikhwan.

Sepulang dari kajian, Fauzan mengajakku untuk menonton ke bioskop. Aku menolaknya dengan lembut.

"Fauzan, kali ini aku benar-benar ingin berbicara serius sama kamu." seruku membuka pembicaraan
"Apa lagi Al, masih mau bahas yang kemarin?"Fauzan seperti menghindar.

Kemarin, aku mengungkapkan semua beban yang ada di hatiku akhir-akhir ini. Kemarin, aku meminta untuk mengakhiri hubungan dengannya. Kemarin aku meminta putus. Rasanya, selama aku mencari ilmu agama, aku juga menambah dosa jika terus-terusan berpacaran dengannya.

Sebelum aku meminta putus, aku sempat meminta dirinya untuk membaca twitter dari ust Felixsiauw tentang pacaran.
Salah satunya:

@Felixsiauw : tak ada yang salah dengan cinta | masalahnya adalah bagaimana kita menyalurkan cinta dlm bentuk pergaulan, khususnya remaja.

@Felixsiauw : saya pacaran untuk ajarkan Islam pada pacar | "Islamnya belum tentu sampai, maksiatnya sudah pasti, niat baik harus dikawani cara baik"

Aku serasa tertampar membaca twit/kicauan tersebut.
Ku berikan hp-ku pada Fauzan. Ia hanya tersenyum, berat.

"Alya, aku gak pernah ngapa-ngapain kamu kan Al. Kita pacaran sehat kan, Al. Please Al jangan mulai bahas yang kemaren." ujar Fauzan lembut
"....." aku pun sebenarnya berat lepas dari dirinya
"Jangan bahas ini lagi ya, Alya sayang."
"Allah Maha Pencemburu, Fauzan. Kamu dan aku tuh belum halal. Kalau kamu mau terus sama aku, kamu tau kan kamu harus ngapain." seruku
"Ya tapi Kak Jihan belum nikah kan, Al. Kita gak boleh egois gitu. Masa kita mau ngelangkahin kak Jihan?" Fauzan mulai agak keras
"Yang egois siapa? kamu kalah sama nafsu kamu sendiri, Fauzan. Bukannya kamu yang bilang kalo tiap baca twit ust felix suka ketampar? Seperti kesindir kan?"
"....."
"Aku tau sebenernya hati kamu juga ngerasa berdosa kalo terus-terusan sama aku. Tapi kamu kalah sama nafsu. Iya kan?" aku terus memborbardir Fauzan
"...."
"Aku sama sekali gak nyalahin Kak Jihan. Hanya saja, lebih baik kita gak usah pacaran dulu. Jika memang kita jodoh, pasti akan Allah atur walau jalan serumit apapun kan?" aku menahan air mata agar tak keluar
"...."

tak ada jawaban.
tidak menemukan titik temu.

Kak Jihan adalah Kakaknya Fauzan. Dalam keluarganya, memang dilarang adik laki-laki mendahului kakak perempuannya menikah.

Tepat setelah sholat Maghrib, Fauzan mengantarku sampai rumah. Wajahnya sangat lemas. Di perjalanan, kami benar-benar diam seribu bahasa.

"Assalamu'alaikuum.." Fauzan mengetuk pintu
"Wa'alaikumussalam. Eh, tumben kalian udah pulang. Ayo Fauzan masuk dulu.." sapa Bunda dari dalam
"nggak, Bun. Aku besok dinas pagi. Kayanya sekarang mau langsung istirahat saja. Salam buat Papa yaa" seru Fauzan sambil mencium tangan Bunda. Pamit
"loh ada apa ini?" Bunda menyernyitkan dahinya. Membaca gelagat tak enak.
Aku mengangkat bahu.. Kemudian masuk ke dalam, setelah Fauzan pulang.

*

"coba bicarakan baik-baik. Lagian pacaran kamu dengan dia gak berlebihan kan, Alya." ujar Syahrul sahabatnya Fauzan.
"masalahnya, Allah gak suka Kak Syahrul."
"kamu kayanya mulai fanatic deh, Al."
"hehe.." aku hanya tersenyum. Susah memang berbicara pada orang yang belum paham.
"..."
"Aku titip buku ini aja ya buat Fauzan. Dia belum mau ketemu aku." ujarku sambil memberikan setumpuk buku untuk Fauzan. Semua buku itu isinya tentang tauhid, pacaran dan pernikahan.
"okeee...."

*

2 minggu setelah aku menitipkan buku kepada Syahrul, aku dan Fauzan masih sering smsan menanyakan kabar. Hanya saja kita sudah gak pernah bertemu.

Assalamu'alaikuum. Fauzan gimana kabarnya? 1 minggu ini gak ada sms dari kamu yaa. Sent

Wa'alaikumussalaam. Alya, ada waktu? Bisa kita ketemu sebentar? -Fauzan

akhirnya kita bertemu di tempat kerjaku saat jam istirahat tiba.
berdebar hati ini, menebak-nebak apa yang akan Fauzan katakan nanti.

Setelah menanyakan kabar, kemudian Fauzan berucap..
"Maaf ya Al, kemarin2 aku memaksakan kehendak. Sekarang aku udah ikhlas. Aku rela putus sama kamu." ujar Fauzan enteng
"....."
"kita sama-sama tau kak Jihan belum menikah. Jadi aku juga In syaa' Allaah sudah siap kok jika ternyata pada akhirnya kamu ada yang melamar. Aku jangan kamu jadikan beban yaa, Al." ujar Fauzan lagi

dheg!
Antara senang dan sedih Aku mendengarnya.
Fauzan kali ini tidak mempertahankanku.
Aku menangis di depannya.

"hei, kenapa nangis?" Fauzan bingung
kali ini ia tak menyentuh pipiku lagi

aku bingung pada diriku sendiri. Harusnya aku senang. Tapi kenapa aku sedih ketika Fauzan tak menahanku pergi.

"....." air mataku semakin deras. Aku benar-benar gak bisa menahan

Astaghfirullooh.. Astaghfirulloh... Aku berucap dalam hati sambil menahan dan mengatur nafas.

"Al, Alyaa... kenapa nangis?" Fauzan semakin heran

"terimakasih ya, Fauzan. Semoga Allah mengampuni kita atas kesalahan kita kemarin." ujarku tersenyum sambil mengusap air mata

"Aamiin.."

"Kalau aku boleh tau, kamu kenapa bisa tiba-tiba ikhlas?" aku penasaran
akhir-akhir ini aku mendengar kabar dari teman-temannya jika Fauzan sedang didekati seorang wanita dari masa lalunya dulu di SMA. Mantannya sebelum ia berpacaran denganku.

panas, penasaran menumpuk di hati..
cemburu?

"Setelah aku baca ini, Al.." ia menyodorkan handphone-nya berisikan:

@felixsiauw: kaum wanita, coba pikirkan, tidak inginkah anda
menjadi yang pertama bagi suami nantinya? pertama
disentuh tangannya, hatinya?


@felixsiauw: kaum lelaki, coba pikirkan, bila anda benar sayang padanya, tentu tak ingin kulitnya disentuh api neraka dengan maksiat pacaran bukan?

@felixsiauw: kaum lelaki, coba pikirkan, andaikan anda benar sayang padanya, tentu tak akan korbankan masa depannya dengan maksiat pacaran bukan?

aku tersenyum membacanya.

"karena aku sayang kamu, aku gak ingin kamu bermaksiat lewat pacaran. Semoga Allah memudahkan langkah kita." Fauzan tersenyum menatapku dalam.
Kemudian dengan segera ia mengalihkan pandangan matanya.


Alya lagi-lagi tersenyum penuh arti.
Tak tau harus menjawab apa.
Sejak hari ini, berakhirlah hubungan pacaran mereka berdua.

aku akan segera melamarmu, Alya.
Aku benar-benar yakin pada dirimu.
Semoga Allah membukakan jalan untuk kita. -Batin Fauzan





Jodoh Pasti Bertemu
bye : Afgan

Andai engkau tau, betapa ku mencinta
Selalu menjadikanmu, isi dalam do'aku

Ku tau tak mudah menjadi yang kau minta
Ku pasrahkan hatiku, takdir kan menjawabnya

Jika aku bukan jalanmu,
Ku berhenti mengharapkanmu.
Jika aku memang tercipta untukmu,
Ku kan memilikimu.
Jodoh pasti bertemu.



* tamat *


Banjaran, 26 Juni 2013


Tidak ada komentar:

Posting Komentar