ini aib keluarga. sekalipun saya sakit dan perih, sekuat mungkin
bakal saya tahan agar tidak bercerita inti masalah atau akar
permasalahannya apa.
saya gak betah di rumah. saya banyak pikiran.
saya merasa ada beban segunung di pundak ini. entah sebagai anak yang
(harusnya) dewasa padahal nyata nya tidak (atau belum), atau merasa sebagai anak
pertama yang di"harus"kan lebih kuat dan (semacam) tidak diperbolehkan
menangis di depan mereka. apalagi di depan kedua adik saya.
seberapa sering menangis di tengah malam di bawah selimut bermoduskan kata "tidur" ?
saya akan bertahan sejauh yang saya bisa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar